Translate


widgeo.net

Selasa, 22 April 2014

Hari Bumi: Bumi Semakin Sekarat, Sudah Tak Layak Huni!

 Bumi semakin sekarat. Panasnya Bumi terasa menyengat dan membakar, cuaca sulit diprediksi, bencana tidak kunjung henti melanda dan terus berulang dan tidak kunjung berhenti, hutan semakin rusak dan semakin terkikis, manusia, satwa serta tumbuh-tumbuhan kian sulit bertahan secara berlanjut.

Semua makhluk hidup di Bumi dihadapkan dengan berbagai tantangan dan persoalan terkait keadaan Bumi kita saat ini yang sakit akut akibat perbuatan dan perilaku manusia.

Refleksi, perbuatan nyata dan berbagai langkah menjadi pilihan. Fakta dan realita saat ini, Bumi semakin tidak bersahabat dengan sesamanya demikian juga dengan manusia berprilaku dengan Bumi.

Tanpa sadar atau tidak sadar sikap dan perilaku kita terhadap Bumi menunjukkan ketidakserasian lagi, penghargaan bagi sesamapun (Bumi dan manusia) begitu mulai kendur dan memudar. Manusia semakin sulit untuk menghargai adat, budaya dan tradisi yang sedikit banyak memiliki andil dan pengaruh terhadap keberlangsungan nasib Bumi ini.

Banyak fakta yang menjadi contoh nyata yang menggambarkan Bumi mengalami sakit parah, semakin sekarat akibat tangan-tangan manusia yang kelihatan dan tidak kelihatan.

Semakin bertambahnya populasi manusia berimbas pada tindakan dan perbuatan. Semakin bertambahnya kendaraan berdampak pada polusi asap knalpot yang tidak lain dapat mencemari (pencemaran) udara, demikian juga halnya dengan semakin bertambahnya pabrik-pabrik besar.

Hal serupa juga terjadi ketika pembukaan lahan secara besar-besaran yang selanjutnya mereka bakar/terbakar dan berimbas pada peningkatan suhu Bumi. Mencairnya es di Kutub Utara menjadi tanda kuat bahwa Bumi semakin sakit parah.

Perilaku manusia yang semakin sulit untuk bersahabat dengan Bumi dan alam semesta ini juga terlihat ketika manusia sudah tidak bijaksana dan tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitar.

Sudah tidak heran, semakin menumpuk/bertambahnya jumlah sampah menjadi tanda semakin berkurang atau kurangnya kesadaran manusia. Sehingga tidak jarang, bencana banjir yang kerap kali menghampiri tidak terlepas dari persoalan ini.

Peningkatan laju kerusakan hutan menjadi dasar kuat Bumi semakin kritis dan semakin terkikis. Pembabatan hutan di Indonesia secara besar-besaran dari tahun ke tahun menjadi faktor utama.

Hutan yang rusak tidak tanggung-tanggung, setiap tahunnya 1.315.000 ha atau dengan perhitungan setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu prosen (1%) berdasarkan data yang dikeluarkan FAO.

Data dari berbagai lembaga lingkungan menyebutkan, kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per tahun dan lebih tinggi lagi data yang diungkapkan olehGreenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun.

Kerusakan hutan atau semakin hilangnya hutan tidak lain karena disebabkan oleh aktivitas penebangan liar atau illegal logging, pengerukan untuk tambang dan minyak bumi, perkebunan dengan skala besar dan pembangunan menjadi semakin bertambahnya hutan dimusnahkan.

Kerusakan hutan sudah pasti mempersulit tumbuh dan berkembangnya keanekaragaman hayati berupa habitat dan populasi satwa. Hutan sebagai tempat mereka tinggal semakin sempit, terhimpit dan terus terkikis habis.

Bukti nyata dengan semakin rusaknya Bumi ini, sudah barang tentu menjadi tanda bahwa Bumi sudah semakin sulit untuk bertahan dan menanggung beban yang semakin berat, bahkan Bumi sebenarnya sudah sangat renta dan tidak layak untuk dihuni lagi.

Aksi nyata dan berbagai upaya untuk Bumi sudah sepatutnya dilakukan secara berlanjut. Banyak cara yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencegah dan menyelamatkan Bumi dari sakit. Telah banyak juga dilakukan oleh berbagai lembaga, pemerintah dan berbagai kalangan yang peduli dengan Bumi dan lingkungan ini.

Namun tidak cukup oleh sebagian saja, perlu perhatian bersama dan semua untuk merawat Bumi ini. Bukankah kita sadar bahwa begitu banyak kita mendapatkan limpahan dan manfaat dari keberadaan Bumi ini. Apakah kita masih selalu ingin menerima tanpa menabur dan menanam serta memilihara Bumi ini?

Keberadaan Bumi tergantung pada kita semua. Bumi semakin tua, semakin renta dan Bumi semakin sekarat. Apabila ingin Bumi masih bertahan lama, berarti berupaya agar ada tumbuh kesadaran untuk memilihara, menjaga dan menam kembali.

Semoga saja… Selamat hari Bumi 22 April 2014, mari selamatkan Bumi untuk kehidupan yang lebih baik dan berlanjut serta lestari.http://www.infoastronomy.co.vu/2014/04/hari-bumi-bumi-semakin-sekarat-sudah.html

Happy Earth Day. Selamat Hari Bumi

                                                             Save the earth save you self!!                                                    
                                                            jaga bumi kita cintai bumi kita                                                     

Kamis, 19 Desember 2013

Astronom Temukan Planet yang Sebenarnya Tidak Ada

Astronom Temukan Planet yang Sebenarnya Tidak Ada
Ilustrasi. Kredit: NASA
Info Astronomy - Sebuah tim astronom telah menemukan sebuah planet yang mengorbit sangat jauh dari bintang induknya (bintang induk Bumi: Matahari).

Planet yang mengorbit bintang induknya paling jauh dari planet lain saat ini ditemukan dan penemuan ini membingungkan ilmuwan serta menggoyahkan teori pembentukan planet yang ada saat ini.


Temuan ini diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters yang mengatakan bahwa planet HD 106906b mengorbit bintang induknya pada jarak 650 kali jarak Matahari-Bumi (150 juta kilometer).


Menurut teori pembentukan planet yang lain, planet-planet raksasa terbentuk sangat cepat, lahir dari runtuhnya material cakram yang ada di sekitar bintang.


Namun cakram purba jarang mengandung massa yang cukup untuk membentuk planet di tempat yang jauh seperti tempat planet ini ditemukan.


Ada kemungkinan bahwa kasus sistem HD 106906 ini bintang dan planet runtuh secara terpisah dari gumpalan gas.


Tapi untuk beberapa alasan, gumpalan planet kuno ini mengalami 'kelaparan' material dan tidak pernah tumbuh cukup besar untuk melakukan pembakaran nuklir dan menjadi bintang.


Planet ini memiliki berat 11 kali massa Jupiter dan berusia 13 juta tahun. Para astronom mengatakan planet ini masih bersinar dari sisa panas pembentukannya, memancarkan sebagian besar energinya dalam inframerah dari pada cahaya tampak.http://www.infoastronomy.co.vu/2013/12/astronom-temukan-planet-yang-sebenarnya.html

Inilah Supernova Paling Cemerlang Sepanjang Masa

Inilah Supernova Paling Cemerlang Sepanjang Masa
Supernova SNLS-06D4eu ditandai dengan tanda panah. Kredit: University of California
Info Astronomy - Dua supernova ditemukan beberapa tahun lalu. Kini, astronom menyatakan bahwa supernova itu adalah dua yang paling terang sepanjang masa.

Supernova yang berjarak 100 miliar tahun cahaya dari Bumi dan ditemukan lewat Supernova Legacy Survey (SNLS) itu 100 kali lebih terang dari supernova biasanya, membuat para ilmuwan berdecak kagum.

"Awalnya, kita tak tahu sama sekali apa ini, bahkan kita tak tahu apakah itu supernova dan apakah dia ada di galaksi kita atau di tempat yang jauh," kata D Andrew Howell, peneliti di Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGT).

"Saya tunjukkan hasil observasi dalam konferensi dan setiap orang kaget. Tak ada yang menyangka itu supernova yang letaknya jauh karena akan butuh energi yang sangat besar untuk terlihat terang. Kami berpikir itu tidak mungkin," imbuhnya.

Publikasi hasil penelitian di Astrophysical Journal menyatakan bahwa supernova itu kemungkinan adalah hasil dari sebuah magnetar, bintang netron yang punya medan magnet sangat besar. Salah satu supernovanya, SNLS-06D4eu, tergolong dalam kelas superluminous supernova.


Daniel Kasen dan Lawrence Berkeley yang terlibat studi menjelaskan, bintang yang akhirnya menjadi supernova itu awalnya berukuran besar, tetapi bagian luarnya mulai terkikis sebelum akhirnya meledak, meninggalkan inti bintang yang ukurannya lebih kecil.


"Apa yang membuat bintang ini spesial adalah rotasinya yang cepat. Ketika akhirnya mati, inti bintang terus bisa memutar magnetar seperti gasing raksasa. Energi gerak itu kemudian bisa dilepaskan dalam kemarahan magnet," kata kasen seperti dikutip IB Times, Rabu (18/12/2013).


Dua supernova itu ditemukan pada tahun 2006 dan 2007 dalam proyek penelitian supernova hasil kerja sama Canada-France-Hawaii Telescope, Very Large Telescope (VLT), serta Gemini dan Keck Telescopes. Supernova itu diduga terjadi sebelum adanya Matahari.http://www.infoastronomy.co.vu/2013/12/inilah-supernova-paling-cemerlang.html

Rabu, 18 Desember 2013

Komet ISON Dan Perjalanannya Menembus Api (Bagian 2)

Hhttp://kafeastronomi.com/komet-ison-dan-perjalanannya-menembus-api.htmlari yang ditunggu-tunggu astronom sejagat pun akhirnya tiba. Jumat 29 November 2013 dinihari waktu Indonesia, atau Kamis menjelang malam 28 November 2013 waktu universal (GMT) menjadi saat-saat dimana komet ISON yang fenomenal bakal melintasi titik perihelionnya, yakni titik di dalam orbitnya yang berjarak terdekat terhadap Matahari. Dan berbeda dengan hampir segenap komet lainnya yang telah dikenal hingga saat ini, titik perihelionkomet ISON amat sangat dekat terhadap Matahari, yakni ‘hanya’ sejarak 1,25 juta kilometer. Dengan demikiankomet ISON bakal berada di dalam atmosfer Matahari saat menempati perihelionnya, khususnya lapisan atmosfer terluar yang dikenal sebagai korona. Inilah bagian atmosfer Matahari yang panas membara dengan suhu bisa mencapai 2 juta derajat Celcius atau jauh lebih tinggi dibanding ‘permukaan’ Matahari (lapisan fotosfera) yang ‘hanya’ sepanas 6.000 derajat Celcius. Secara akumulatif komet ini akan menghabiskan waktu belasan jam di lingkungan dengan suhu melebihi 3.000 derajat Celcius di sekitar Matahari.
Gambar 1. Komet ISON pada saat paling benderang, Kamis 28 November 2013 pukul 13:00 WIB, seperti diabadikan dalam instrumen LASCO C3 satelit SOHO, lengkap dengan ekor gas (G) dan ekor debu (D). Garis horizontal sebelah menyebelah kepala komet adalah cacat fotografis, yang terjadi akibat komet terlalu terang sehingga sensor LASCO C3 SOHO sempat tersaturasi. Sumber: NASA, 2013.
Gambar 1. Komet ISON pada saat paling benderang, Kamis 28 November 2013 pukul 13:00 WIB, seperti diabadikan dalam instrumen LASCO C3 satelit SOHO, lengkap dengan ekor gas (G) dan ekor debu (D). Garis horizontal sebelah menyebelah kepalakomet adalah cacat fotografis, yang terjadi akibatkomet terlalu terang sehingga sensor LASCO C3 SOHO sempat tersaturasi. Sumber: NASA, 2013.
Hampir seluruh komet yang telah kitab kenal menghabiskan sebagian hampir seluruh waktunya melata di tepian tata surya, kawasan yang dingin membekukan. Mereka amat terbiasa dengan suhu teramat dingin, yang membuat kandungan air dan gas-gas mudah menguap lainnya (seperti misalnya karbondioksida, karbonmonoksida, metana dan sianogen) berada dalam fase padat. Maka terbayang apa yang akan terjadi jika benda bersuhu amat dingin mendadak harus tercelup ke lingkungan demikian panas membara meski hanya dalam sekejap? Yang terjadi bukan hanya penguapan brutal yang besar-besaran saat es sontak berubah menjadi uap dan gas, namun juga bisa memicu melemahnya struktur inti komet. Ujung-ujungnya inti kometbisa tergerus (terdesintegrasi) hingga mengecil atau habis. Dan dalam kondisi sangat ekstrim bahkan bisa hancur berkeping-keping. Dengan diameter inti komet ISON yang relatif besar, yakni sekitar 4.000 meter, muncul pertanyaan bagaimana nasib komet ini saat tiba di perihelionnya? Seberapa besar ia tergerus? Akankah ia pecah berkeping-keping? Atau sebaliknya akankah ia bertahan melewati semua hadangan dalam kondisi sangat ektrim itu sekaligus meraih titel “komet abad ini” dengan benderang demikian terang hingga menyamai atau bahkan melebihi terangnya Bulan purnama?
ADS
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu baru diketahui semenjak Jumat 29 November 2013.
Satelit
Salah satu perbedaan besar dalam mengamati komet yang perihelionnya terlalu dekat ke Matahari pada masa kini dibanding masa silam adalah telah tersedianya armada satelit pengamat Matahari. Mereka bertugas memonitor sang surya dan lingkungannya secara tak terputus dalam 24 jam sehari. Armada itu beranggotakan satelit seperti STEREO (Solar and Terestrial Relation Observatory, yang terdiri dari sepasang satelit yakni STEREO A dan STEREO B) dan SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) yang masing-masing menempati lokasi yang berbeda. Sehingga memberikan pandangan menyeluruh terhadap Matahari dan lingkungannya dari segenap penjuru pada saat bersamaan. Meski tak dirancang untuk mengobservasi komet saat berada di angkasa dekat Matahari, namun satelit-satelit tersebut dilengkapi koronagraf sehingga mampu mendeteksi komet yang melintas terlalu dekat ke Matahari dengan mudah.
Gambar 2. Komet ISON pada saat paling benderang, Kamis 28 November 2013 pukul 13:00 WIB, seperti diabadikan dalam instrumen COR-2 satelit STEREO-B. Sumber: NASA, 2013.
Gambar 2. Komet ISON pada saat paling benderang, Kamis 28 November 2013 pukul 13:00 WIB, seperti diabadikan dalam instrumen COR-2 satelit STEREO-B. Sumber: NASA, 2013.
Sesungguhnya komet ISON sudah mulai teramati oleh salah satu armada satelit ini semenjak 10 Oktober 2013 silam, yakni kala ia mulai memasuki medan pandang instrumen HI-1(Heliospheric Imager-1) satelit STEREO-A. Meski demikian saat itukomet sulit diidentifikasi karena masih cukup redup. Tetapi situasi berubah semenjak paruh kedua November 2013 kala kometsecara dramatis bertambah terang, khususnya pasca terjadinya outburst (peningkatan kecemerlangan secara mendadak) pada 14 November 2013. Outburst ditimbulkan oleh merekahnya salah satu bagian permukaan intikomet ISON seiring tekanan angin Matahari yang kian meningkat karena kometkian mendekat ke Matahari. Retakan membuat cebakan (reservoir) es dan bekuan senyawa mudah menguap yang ada dibawahnya terbuka ke lingkungan, sehingga melipatgandakan jumlah uap air, gas dan debu yang tersembur dari inti komet. Inilah yang membuat komet ISON bertambah terang sekaligus menyajikan pemandangan langit nan spektakuler pada paruh kedua November 2013. Dalam situasi tersebut, komet ISON mulai memasuki medan pandang instrumen HI-2 satelit STEREO-A, yang resolusinya lebih baik ketimbang HI-1, semenjak 21 November dan terus bertahan hingga 28 November 2013.
Armada satelit pengamat Matahari mulai memainkan peranan pentingnya semenjak 23 November 2013, kala kometISON secara alamiah sudah terlalu dekat dengan Matahari sehingga tak bisa lagi diamati teleskop-teleskop di Bumi. Secara berturut-turut komet ISON mulai memasuki medan pandang instrumen COR-2 (Coronagraph-2) satelit STEREO-B, LASCO C3 (Large Scale Coronagraph C3) satelit SOHO, COR-2 satelit STEREO-A dan LASCO C2 satelit SOHO, masing-masing pada 26, 27 dan 28 November 2013. Ketiganya secara rutin mengirimkan citra (foto) demi citra setiap 15-30 menit sekali, yang menyajikan panorama menakjubkan dan dinamika komet ISON selama menerobos atmosfer berapi Matahari.
Terang dan Redup
Gambar 3. Posisi satelit-satelit pengamat Matahari, masing-masing SOHO, STEREO-A dan STEREO-B terhadap orbit planet-planet dan orbit komet ISON pada Jumat 29 November 2013. Dari ketiga posisi berbeda inilah observasi terhadap komet ISON kala berada di/dekat perihelionnya bisa berlangsung tanpa terputus. Sumber: NASA, 2013.
Gambar 3. Posisi satelit-satelit pengamat Matahari, masing-masing SOHO, STEREO-A dan STEREO-B terhadap orbit planet-planet dan orbit komet ISON pada Jumat 29 November 2013. Dari ketiga posisi berbeda inilah observasi terhadap komet ISON kala berada di/dekat perihelionnya bisa berlangsung tanpa terputus. Sumber: NASA, 2013.
Awalnya komet ISON nampak stabil dan terus bertambah terang sepanjang rentang waktu 21 hingga 28 November 2013, hal yang memang seharusnya terjadi pada sebuahkomet yang sedang bergerak mendekati Matahari. Kemudiankomet ISON terlihat membentuk dua jenis ekor yang berbeda: ekor gas dan ekor debu. Sepanjang waktu itu pulakomet ISON teramati bersama dengan komet lainnya yang lebih redup, yakni komet Encke yang periodik dan mendekati Matahari setiap 3,3 tahun sekali. Meski terlihat berdampingan, orbit kedua komet tersebut sejatinya tak saling berdekatan atau bahkan berpotongan. Mereka terlihat dalam berdekatan hanya karena diamati dari lokasi satelit STEREO-A. Tidak demikian halnya jika keduanya diamati dari Bumi.
Sepanjang 27 dan 28 November 2013 komet ISON nampak bertambah terang secara konsisten. Pada 27 November 2013 pukul 08:20 WIB, komet masih redup dengan magnitudohanya +2,5. Namun berselang 12 jam kemudian komet telah bertambah terang 6 kali lipat. Dan komet terus saja benderang menjadi 25 (magnitudo semu -1) hingga 63 kali lipat (magnitudo semu -2), masing-masing dalam 20 dan 26 jam kemudian. Komet yang kian benderang memang seperti seharusnya terjadi pada saat sedang mendekati Matahari. Namun sesuatu yang tak biasa terjadi pada 28 November 2013 pukul 21:00 WIB, empat jam sebelum komet menjangkau titik perihelionnya. Secara perlahan namun pasti komet ISON mulai meredup.
Pasca melewati perihelionnya, pada Jumat pagi 29 November 2013 terdeteksi benda mirip komet yang gerakannya bersesuaian dengan orbit komet ISON dengan sepasang ekor yang seakan menyatu lebar menyerupai kipas. Benda ini ditengarai sebagai komet ISON atau setidaknya sisa-sisanya. Benda mirip komet ini sempat bertambah terang hingga 2 jam komet melintasi perihelionnya, sehingga sama terangnya dengan bintang Antares. Namun setelah itu sisa komet ISON terdeteksi mulai meredup dan kian meredup. Lebih dari itu, benda tersebut juga tak lagi memiliki titik pusat yang terang sebagai petunjuk adanya kepala komet (coma) seperti halnya komet-kometlainnya. Sehingga saat meninggalkan medan pandang satelit SOHO, sisa komet ISON sudah menjadi benda langit dengan magnitudo semu +8 saja.
Hancur
Apa yang sebenarnya terjadi pada komet ISON?
Analisis Zdenek Sekanina, astronom spesialis komet di Jet Propulsion Laboratory NASA, menunjukkan kometISON memang menjumpai masalah saat sedang bergerak menuju perihelionnya. Kian membesarnya hembusan angin Matahari, apalagi pada Rabu pagi 27 November 2013 terjadi badai Matahari kelas M yang memberikan tekanan lebih besar, membuat struktur inti komet yang aslinya sudah cukup rapuh tak lagi sanggup bertahan. Badai Matahari tersebut berasal dari sisi jauh Matahari (yakni bagian wajah Matahari yang membelakangi Bumi kita) dan lintasannya memang tak langsung berpotongan dengan komet ISON, namun ada sebagian kecil materinya yang menghantam komet ini. Faktor lain yang turut berperan adalah suhu tinggi, yang memanggangkomet demikian rupa sehingga es dan bekuan senyawa mudah menguapnya mengalami penguapan superbrutal. Kombinasi kedua faktor tersebut menyebabkan komet bertambah terang pascabadai, yang menjadi indikasi mulai terpecah-belahnya inti komet. Proses pemecah-belahan inti mencapai puncaknya pada Kamis 28 November 2013 pukul 13:00 WIB, atau 12 jam sebelum komet ISON mencapai perihelionnya. Dan dalam sembilan jam kemudian inti komet ISON sudah sepenuhnya terpecah-belah, sehingga produksi debu dan gas pun berhenti. Semenjak saat itu komet mulai meredup.
Gambar 4. Komet ISON diabadikan dengan instrumen HI-1 satelit STEREO A pada 21 November 2013 (atas) dan 27 November 2013 (bawah). Perhatikan perbedaan bentuk dan ketebalan ekor komet serta ukuran kepala komet ISON pada kedua tanggal tersebut. Ekor debu (D) nampak jelas, sementara ekor gas (G) terlihat tipis. Sumber: NASA, 2013.
Gambar 4. Komet ISON diabadikan dengan instrumen HI-1 satelit STEREO A pada 21 November 2013 (atas) dan 27 November 2013 (bawah). Perhatikan perbedaan bentuk dan ketebalan ekor komet serta ukuran kepala komet ISON pada kedua tanggal tersebut. Ekor debu (D) nampak jelas, sementara ekor gas (G) terlihat tipis. Sumber: NASA, 2013.
Saat sebuah komet hancur berkeping-keping, segenap kepingan tersebut masih tetap berada di orbit kometinduknya semula. Dan mereka pun masih tetap bergerak laksana induknya semula. Dan karena sangat dekat dengan Matahari,tekanan angin Matahari dan tingginya suhu menyebabkan kepingan-kepingan yang tersisa itu terus tergerus hingga hancur. Proses penggerusan membutuhkan waktu tertentu, sehingga tak mengherankan bila sisa-sisa komet ISON masih terdeteksi hingga belasan jam kemudian. Indikasi proses penghancuran yang terus berlangsung nampak dari jejak ekor yang diperlihatkan sisa komet ISON. Ekor yang menjauhi Matahari merupakan jejak penghancuran, sementara ekor yang menuju ke arah timur merupakan sisa material yang terlepas saatkomet belum mencapai perihelionnya.
Hancurnya komet ISON menjadi berita menyedihkan bagi manusia khususnya di belahan bumi utara, karenakomet ini digadang-gadang bakal menjadi komet yang cukup terang setelah melewati perihelionnya. Namun peristiwa hancurnya sebuah komet sebenarnya bukan hal yang aneh. Tidak seperti planet, komet merupakan benda langit anggota tata surya yang berumur jauh lebih pendek dan hanya bisa bertahan selama kurun waktu 10 hingga 100 juta tahun saja di orbitnya sebelum kemudian mati atau lenyap.
Gambar 5. Bagaimana komet ISON mengalami perubahan tingkat terang yang dramatis sebelum meraih titik perihelionnya. Atas: 38 jam sebelum mencapai perihelion, komet masih redup dengan magnitudo semu +2,5. Nampak badai Matahari (CME 1 = coronal massa ejection 1) sedang menjalar meski tak langsung mengarah ke komet. Tengah : 15 jam sebelum mencapai perihelion, komet dalam kondisi paling terang dengan magnitudo semu -2,5. Nampak badai matahari berikutnya (CME 2) sedang menjalar. Dan bawah : 4 jam sebelum perihelion, komet kembali meredup dengan magnitudo semu anjlok ke antara +2 hingga +1 saja. Sumber: NASA, 2013.
Gambar 5. Bagaimana komet ISON mengalami perubahan tingkat terang yang dramatis sebelum meraih titik perihelionnya. Atas: 38 jam sebelum mencapai perihelionkomet masih redup dengan magnitudo semu +2,5. Nampak badai Matahari (CME 1 = coronal massa ejection 1) sedang menjalar meski tak langsung mengarah ke komet. Tengah : 15 jam sebelum mencapai perihelionkomet dalam kondisi paling terang denganmagnitudo semu -2,5. Nampak badai matahari berikutnya (CME 2) sedang menjalar. Dan bawah : 4 jam sebelum perihelionkomet kembali meredup dengan magnitudo semu anjlok ke antara +2 hingga +1 saja. Sumber: NASA, 2013.
Ada enam skenario yang menyebabkan sebuah komet mati atau pergi dari tata surya kita ini. Pertama, kometdihentakkan keluar dari tata surya untuk terbang menuju ruang antarbintang, seperti yang dialami oleh komet-komet dengan orbit parabola dan hiperbola. Kedua, komet hancur berkeping-keping menjadi debu antarplanet akibat bertabrakan dengan sesamanya. Ketiga, komet juga bisa hancur berkeping-keping akibat menumbuk planet/satelit alaminya atau Matahari. Jika tumbukan terjadi di Bumi, bencana mahadahsyat dalam skala tak terperi bisa terjadi akibat pelepasan energi kinetik dalam jumlah sangat besar. Keempat, komet pun dapat hancur berkeping-keping menjadi debu antarplanet akibat terjangan badai Matahari. Kelima, komet juga bisa hancur berkeping-keping setelah mengalami penguapan superbrutal akibat terlalu dekat/menerobos atmosfer Matahari. Dan yang keenam, komet dapat kehilangan seluruh materi gampang menguapnya (volatile) setelah mengedari Matahari dalam kurun waktu tertentu sehingga inti kometnya berubah jadi bongkahan mirip asteroid. Selanjutnya orbitnya pun dipaksa berubah menjadi mirip orbit asteroid tertentu akibat kombinasi pengaruh gravitasi Jupiter danSaturnus. Diperkirakan 60 % populasi asteroid dekat Bumi merupakan inti komet purba yang telah mati akibat kehabisan materi gampang menguapnya. Dari skenario-skenario tersebut, jelas komet ISON mengalami
Gambar 6. Dramatisnya penampilan komet ISON terlihat dalam citra komposit ini, antara 30 jam sebelum melintasi perihelionnya saat komet masih cukup terang (bawah) dengan 30 jam setelah melewati perihelionnya saat komet sudah sangat redup (atas). Sumber: NASA, 2013.
Gambar 6. Dramatisnya penampilan komet ISON terlihat dalam citra komposit ini, antara 30 jam sebelum melintasi perihelionnya saat komet masih cukup terang (bawah) dengan 30 jam setelah melewati perihelionnya saat komet sudah sangat redup (atas). Sumber: NASA, 2013.
Jadi, komet ISON gagal menembus lapisan atmosfer berapi milik Matahari dalam perjalanannya. Namun sebelum ia tiada, komet ISON ternyata sempat menebarkan pesonanya, termasuk bagi Indonesia. Silahkan ikuti bagian ketiga dari tulisan ini.

detik detik Komet ISON mati

http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=qzcQWmx_OTU